Kamis, 28 Oktober 2010

Jejaring TV Sosial

Oleh Encep Dulwahab
Kira-kira, akan seperti apa tampilan televisi yang akan kita lihat pada beberapa tahun mendatang? Kalau melihat begitu hebat dan cepatnya perkembangan teknologi televisi dengan perangkat peranti lunaknya yang senantiasa memanjakan pemirsanya, susah untuk mengikuti percepatan kemajuannya. Ditambah lagi, pengaruh jejaring sosial terhadap perkembangan kemajuan teknologi komunikasi kian memberikan kontribusi yang signifikan. Tidak menutup kemungkinan bahwa layar kaca yang senantiasa ada di ruang keluarga diprediksi akan melakukan kolaborasi atau gabungan antara siaran televisi seperti yang dilihat kita setiap harinya dan jejaring sosial online sebagaimana yang digandrungi masyarakat saat ini.
Peluang ini akan menjadi kenyataan. Pasalnya, Google TV akan melakukan siarannya di AS untuk kali pertama. Untuk melancarkan programnya, Google sudah bergabung dengan perusahaan-perusahan internet lainnya agar bisa menyatukan televisi dengan fitur situs interaktif. Akan tetapi, hal tersebut belum berhasil karena layanan seperti Apple TV dan Roku cenderung membiarkan penonton hanya menerima konten berdasarkan permintaan internet, tanpa adanya siaran televisi. Lainnya seperti TiVo dan Microsoft, juga menyajikan siaran televisi langsung, tetapi hanya memiliki akses terbatas ke internet (Antara News, 13/10/2010). Namun, mimpi ini tidak sembarang mimpi.
Hadirnya jaringan televisi sosial ini akan mempermudah penonton dalam berbagi (sharing) dan mendiskusikan tayangan yang akan, sedang, atau sudah mereka tonton, tidak peduli di mana pun mereka berada. Misalnya obrolan tentang tayangan reality show atau kuis, kemudian dengan intensifnya obrolan tersebut dengan sendirinya akan membentuk komunitas atas pencinta tayangan-tayangan yang sejenis. Dari komunitas ini pula akan lahir tayangan-tayangan baru atau tema obrolan yang tidak hampa sebatas menggosip semata, tetapi lebih berisi tentang konten dari tayangan yang telah mereka lihat.
Jejaring televisi sosial akan mengubah pola dan kebiasaan penontonnya. Perubahan paling mendasar dari kebiasaan menonton televisi ini memungkinkan penonton untuk berbagi dan bersosialisasi melalui layar kaca. Itulah sifat atau karakter dari jejaring sosial dengan segudang fasilitas kemudahan yang ditawarkannya.
Orang dengan mudah mengakses dan menyebarkan informasi. Tidak sedikit perkembangan kemajuan umat manusia ini ditopang dengan keberadaan jejaring sosial ini. Manusia bisa dengan mudah membuat kemudian menyebarkan informasi kepada khalayak luas, baik itu rekan maupun kerabat. Selain itu, untuk diskusi-diskusi baik yang kecil maupun yang besar.
Tayangan yang terpantau
Di antara penonton mungkin berpikir mengenai menonton televisi sebagai pengalaman pribadi dengan lahirnya televisi sosial. Menurut Marie-Jose Montpetit dari Massachusetts Institute of Technology yang mengembangkan sistem televisi sosial eksperimental Nextstream, sejak kelahiran televisi sosial, penonton akan lebih aktif dan kreatif terhadap tayangan-tayangan yang akan mereka konsumsi. Para pemirsa akan lebih sering berbicara satu sama lain selama siaran sehingga ada usaha penilaian. Dengan demikian, kualitas tayangan pun akan terjaga. Seperti yang pernah dilakukan ketika pentas World Cup, server Twitter digunakan karena orang saling bertukar pandangan mengenai hasil pertandingan, prediksi pertandingan, dan pernak-pernik seputar ajang empat tahunan itu.
Inilah yang memungkinkan penonton akan lebih selektif dalam memilih tayangan. Ini pula yang diharapkan para pengamat televisi bahwa pemirsa harus melek terhadap media yang setiap hari ribuan pesan menghampirinya. Bayangkan betapa hebatnya serangan media terhadap kita. Televisi di sini paling banyak di antara negara-negara maju lainnya, yaitu 11 stasiun yang kebanyakan menayangkan unsur erotisme, hedonisme, mistis, dan perselisihan. Kalau digeneralisasi, kebanyakan tayangannya akan mengundang dan mengumbar penyakit ketimbang madunya.
Dengan adanya jejaring televisi sosial, hal itu bisa diminimalisasi. Bahkan, sebetulnya pemirsa itu menginginkan adanya rekomendasi dan masukan dari orang lain atas tayangan-tayang -an yang bagus dan bermanfaat untuk dirinya. Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan Parks Associates yang bermarkas di Dallas, Texas, pada 2008, bahwa 20 persen orang di Amerika Serikat menginginkan rekomendasi acara televisi dari teman-temannya. Tidak hanya itu, mereka pun mendiskusikannya dengan penonton yang menggemari acara yang sama. Bahkan, seperempat dari responden ini merasa senang berbagi pandangan mengenai konten tayangan yang mereka tonton.
Ini yang tidak disediakan oleh pemilik media televisi. Kebanyakan pemilik media televisi lebih memilih berkomunikasi aktif dan intensif dengan pengiklan agar pemasang iklan tetap terjaga di medianya. Mereka juga lebih membuka luas terhadap pemilik production house yang memiliki sejuta kreativitas tayangan yang bisa menyedot animo masyarakat penonton. Sementara penonton ditempatkan pada posisi penikmat pasif dan dijadikan korban dari tayangan-tayangan mereka.
Revolusi televisi sosial
Benih-benih akan hadirnya revolusi TV sosial ini sudah mulai terlihat, seperti iPlayer dari BBC, yang bisa kita pakai untuk membuat peringkat dan merekomendasikan program-program acara televisi melalui jejaring sosial, seperti Facebook. Jaringan-jaringan lain yang lebih aktif, seperti Philo dan Tunerfish, juga menggunakan jejaring seperti itu. Namun, untuk Philo dan Tunerfish, kita bisa melakukan interaksi dengan aplikasi telefon pintar. Lain lagi dengan Boxee, yang selangkah lebih maju, dengan mengintegrasikan fitur sosial dan video di layar yang sama melalui media player dalam komputer (Antara News, 13/10/2010).
Revolusi ini terjadi tidak hanya pada kualitas teknologi atau fitur-fitur baru dalam televisi, tetapi juga terhadap konten dari setiap tayangan. Ini tantangan yang secara tidak langsung akan memaksa pemilik stasiun untuk memeras kreativitas guna menghasilkan tayangan yang betul-betul unggulan.***
Penulis, dosen Ilmu Jurnalistik UIN Bandung dan Pengelola De Rumah Komunikasi.
Sumber : Pikiran-rakyat.com
Tanggal 18 Oktober 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar