Kira-kira, akan seperti apa tampilan  televisi yang akan kita lihat pada beberapa tahun mendatang? Kalau  melihat begitu hebat dan cepatnya perkembangan teknologi televisi dengan  perangkat peranti lunaknya yang senantiasa memanjakan pemirsanya, susah  untuk mengikuti percepatan kemajuannya. Ditambah lagi, pengaruh  jejaring sosial terhadap perkembangan kemajuan teknologi komunikasi kian  memberikan kontribusi yang signifikan. Tidak menutup kemungkinan bahwa  layar kaca yang senantiasa ada di ruang keluarga diprediksi akan  melakukan kolaborasi atau gabungan antara siaran televisi seperti yang  dilihat kita setiap harinya dan jejaring sosial online sebagaimana yang  digandrungi masyarakat saat ini. 
Peluang ini akan menjadi kenyataan.  Pasalnya, Google TV akan melakukan siarannya di AS untuk kali pertama.  Untuk melancarkan programnya, Google sudah bergabung dengan  perusahaan-perusahan internet lainnya agar bisa menyatukan televisi  dengan fitur situs interaktif. Akan tetapi, hal tersebut belum berhasil  karena layanan seperti Apple TV dan Roku cenderung membiarkan penonton  hanya menerima konten berdasarkan permintaan internet, tanpa adanya  siaran televisi. Lainnya seperti TiVo dan Microsoft, juga menyajikan  siaran televisi langsung, tetapi hanya memiliki akses terbatas ke  internet (Antara News, 13/10/2010). Namun, mimpi ini tidak sembarang  mimpi. 
Hadirnya jaringan televisi sosial ini  akan mempermudah penonton dalam berbagi (sharing) dan mendiskusikan  tayangan yang akan, sedang, atau sudah mereka tonton, tidak peduli di  mana pun mereka berada. Misalnya obrolan tentang tayangan reality show  atau kuis, kemudian dengan intensifnya obrolan tersebut dengan  sendirinya akan membentuk komunitas atas pencinta tayangan-tayangan yang  sejenis. Dari komunitas ini pula akan lahir tayangan-tayangan baru atau  tema obrolan yang tidak hampa sebatas menggosip semata, tetapi lebih  berisi tentang konten dari tayangan yang telah mereka lihat. 
Jejaring televisi sosial akan mengubah  pola dan kebiasaan penontonnya. Perubahan paling mendasar dari  kebiasaan menonton televisi ini memungkinkan penonton untuk berbagi dan  bersosialisasi melalui layar kaca. Itulah sifat atau karakter dari  jejaring sosial dengan segudang fasilitas kemudahan yang ditawarkannya.Orang dengan mudah mengakses dan menyebarkan informasi. Tidak sedikit  perkembangan kemajuan umat manusia ini ditopang dengan keberadaan  jejaring sosial ini. Manusia bisa dengan mudah membuat kemudian  menyebarkan informasi kepada khalayak luas, baik itu rekan maupun  kerabat. Selain itu, untuk diskusi-diskusi baik yang kecil maupun yang  besar. 
Tayangan yang terpantau
Di antara penonton mungkin berpikir  mengenai menonton televisi sebagai pengalaman pribadi dengan lahirnya  televisi sosial. Menurut Marie-Jose Montpetit dari Massachusetts  Institute of Technology yang mengembangkan sistem televisi sosial  eksperimental Nextstream, sejak kelahiran televisi sosial, penonton akan  lebih aktif dan kreatif terhadap tayangan-tayangan yang akan mereka  konsumsi. Para pemirsa akan lebih sering berbicara satu sama lain selama  siaran sehingga ada usaha penilaian. Dengan demikian, kualitas tayangan  pun akan terjaga. Seperti yang pernah dilakukan ketika pentas World  Cup, server Twitter digunakan karena orang saling bertukar pandangan  mengenai hasil pertandingan, prediksi pertandingan, dan pernak-pernik  seputar ajang empat tahunan itu.
Inilah yang memungkinkan penonton akan  lebih selektif dalam memilih tayangan. Ini pula yang diharapkan para  pengamat televisi bahwa pemirsa harus melek terhadap media yang setiap  hari ribuan pesan menghampirinya. Bayangkan betapa hebatnya serangan  media terhadap kita. Televisi di sini paling banyak di antara  negara-negara maju lainnya, yaitu 11 stasiun yang kebanyakan menayangkan  unsur erotisme, hedonisme, mistis, dan perselisihan. Kalau  digeneralisasi, kebanyakan tayangannya akan mengundang dan mengumbar  penyakit ketimbang madunya. 
Dengan adanya jejaring televisi  sosial, hal itu bisa diminimalisasi. Bahkan, sebetulnya pemirsa itu  menginginkan adanya rekomendasi dan masukan dari orang lain atas  tayangan-tayang -an yang bagus dan bermanfaat untuk dirinya. Sebagaimana  hasil penelitian yang dilakukan Parks Associates yang bermarkas di  Dallas, Texas, pada 2008, bahwa 20 persen orang di Amerika Serikat  menginginkan rekomendasi acara televisi dari teman-temannya. Tidak hanya  itu, mereka pun mendiskusikannya dengan penonton yang menggemari acara  yang sama. Bahkan, seperempat dari responden ini merasa senang berbagi  pandangan mengenai konten tayangan yang mereka tonton. 
Ini yang tidak disediakan oleh pemilik  media televisi. Kebanyakan pemilik media televisi lebih memilih  berkomunikasi aktif dan intensif dengan pengiklan agar pemasang iklan  tetap terjaga di medianya. Mereka juga lebih membuka luas terhadap  pemilik production house yang memiliki sejuta kreativitas tayangan yang  bisa menyedot animo masyarakat penonton. Sementara penonton ditempatkan  pada posisi penikmat pasif dan dijadikan korban dari tayangan-tayangan  mereka. 
Revolusi televisi sosial 
Benih-benih akan hadirnya revolusi TV  sosial ini sudah mulai terlihat, seperti iPlayer dari BBC, yang bisa  kita pakai untuk membuat peringkat dan merekomendasikan program-program  acara televisi melalui jejaring sosial, seperti Facebook.  Jaringan-jaringan lain yang lebih aktif, seperti Philo dan Tunerfish,  juga menggunakan jejaring seperti itu. Namun, untuk Philo dan Tunerfish,  kita bisa melakukan interaksi dengan aplikasi telefon pintar. Lain lagi  dengan Boxee, yang selangkah lebih maju, dengan mengintegrasikan fitur  sosial dan video di layar yang sama melalui media player dalam komputer  (Antara News, 13/10/2010). 
Revolusi ini terjadi tidak hanya pada  kualitas teknologi atau fitur-fitur baru dalam televisi, tetapi juga  terhadap konten dari setiap tayangan. Ini tantangan yang secara tidak  langsung akan memaksa pemilik stasiun untuk memeras kreativitas guna  menghasilkan tayangan yang betul-betul unggulan.***
Penulis, dosen Ilmu Jurnalistik UIN Bandung dan Pengelola De Rumah Komunikasi.
Sumber : Pikiran-rakyat.com
Tanggal 18 Oktober 2010

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar